Entah
kenapa tiap kali saya serius dan ngebet banget naksir seseorang selalu berujung
tidak jelas atau lebih tepatnya “ngenes”. Mungkin benar kata teman saya bahwa
saya tidak mujur dalam perihal pilih memilih cinta. Dia pernah bersabda “Cinta itu
dipilih, cynthia. Bukan memilih. Kalau memilih itu namanya bukan cinta, tapi
calon DPR, ayo dipilih dipilih~” dan saya pun dengan girangnya memberi aplaus
untuk kejeniusan kalimatnya tersebut dan macak anak sd dikasih susu milo
gratis. Hebring.
Cinta
bertepuk sebelah tangan sudah menjadi makanan saya sehari hari. Udah biasa
banget rasanya kalau harapan mumbul tinggi, tiba tiba besok si harapannya mendadak
ndlosor ngesor aja ditanah. Biasa banget. Iya. Meweknya juga jadi kebiasaan
banget. (halah)
Mungkin
mereka terlalu buta melihat pesona saya yang terpendam ini. Secara terpendamnya
jarak 5 KM di bawah tanah. Sangar banget gak tuh? Yaiyalah mereka gak nyadar.
Wong saya juga ga tahu kok pesona flora dan fauna saya ini dimananya. nyahahaha~
Singkat
kata saya menyadari ketidakberuntungan ini bermula saat duduk di kelas satu
SMA. Kata papa masa SMA itu masa masa paling indah. Tapi buat saya entah kenapa
bukan yang paling indah di hidup saya, kebanyakan ngenesnya sih sampai mabok!
Mungkin di jaman saya kata “paling”-nya lagi mudik, mungkin.
Sebut
saja namanya kriwul, dialah tersangka dimana keapesan ini bermula. Dia berkulit
hitam legam, beneran kriwul dan merupakan mahluk absurd paling nyebelin kalau
lagi duduk manis dikelas. Gimana ga sebel kalau dia duduk di bangku tepat
dibelakang saya dan hobinya main-jambak-tarik-tusuk-cepol rambut saya. TIAP
HARI! Rasanya pengen cakar cakar harimau aja bawaannya kalau lagi di bully sama
dia tapi mendadak ga jadi marah karena dia mendadak senyum manis kedip menghiba
kalau saya mau marah marah ataupun mau ngdemo dia minta turunin harga bakso
dikantin.
Jangan bayangin sosok dia ganteng bin aduhai.
Jangan! Karena aslinya dia sama sekali nggak ganteng tapi cukup manis lah buat
dijadiin alternatif pengganti es tebu di depan sekolah. Dia anggota klub basket
kenamaan sekolah kami dan entah siapa yang memberikan mandat atau mungkin pas
nunjuk sambil ngupil asyik dan asal comot, dia terpilih menjadi kapten tim basket
andalan sekolah! Piye ga kesemsem coba? Maklum saya pada era itu semacam
terhipnotis film indonesia yang sedang booming kala itu yang menasbihkan bahwa
anak basket, apapun rupanya, pasti keren! (tipikal anak alay sekali coy!
Maklumin yak~)
Kejadian
yang bikin saya total klepek klepek masih juga membekas diingatan sob, waktu
itu kelas kami sedang pelajaran agama. Ibu guru kami sudah sangat sepuh
sehingga tidak kuat berteriak memarahi tingkah kami yang ababil bin kanak kanak.
Ada yang lari kejar kejaran didalem kelas, ada juga sekelompok cewek yang malah
asyik main salon salonan sambil potong poni beneran disudut kelas yang lainnya.
Kelas kami saat itu benar benar kacau balau dan beliau cuma sanggup geleng - geleng
istigfar sembari mengelus papan tulis dan tetap mengajar seglintir murid yang
duduk dibaris depan, ya sebagian dari kami yang kekeuh di jalan yang benar. Kala
itu saya dilanda bosan berkepanjangan. Sambil kedip kedip mengamati kekacauan
teman teman saya yang lebih pantas disebut arena badak lepas minta kawin, tiba -
tiba mata saya tertuju pada sosok kriwul yang duduk manis di bawah meja. Penasaran,
saya pun menghampirinya bak miss universe menyapa supir angkot yang lagi asyik
ngisi TTS.
“wul,
kamu ngapain kok ngesor disitu? Mau pedekate sama suster ngesor ya? Ciyeeeeee” sembari
towel towel bahunya genit, lalu ikut duduk disebelahnya.
“inilho,
aku lagi nyobain fitur baru dihapeku. Aku baru tau pas iseng ngutak atik menu
dihapeku barusan. Eh hapeku uda 3G hlo~ ada kamera depannya lagi. Tuh liat
masih mulus kan casingnya. Westalah apik tenan!” kriwul pun menceramahiku bak sales
bintang lima
“emang
fitur baru apa sih wul? Kok kayaknya seru banget?” mataku berkilat bundar pertanda
penasaran minta dijodohin eh dijelasin maksudnya.
“fitur
radio, ituloh buat dengerin lagu lagu. Hapeku canggih kan?”
“.
. . “
Tanpa
tendeng aling aling si kriwul pun masangin headsetnya yang sebelah ketelinggaku
yang nganggur. Jantungku pun lompat tali jedag jedug dibuatnya. Sekilas ku
lirik rambutnya yang menjuntai kriwil teriak teriak minta di rebonding, lalu seperkian
detik mata kami pun beradu jotos eh bukan bukan maksudnya beradu pandang. Hatiku
mendadak kaya es krim kepanasan, meleleh luber tak karuan. Masih ku ingat
dengan jelas lagu yang berkumandang ditelinga kami saat itu lagu dari tante
rheza arthamevia yang sepenggal liriknya berbunyi “ cintai diriku seperti aku
mencintaimuuuuuu~”
Sontak,
kami pun lirik lirikan menyerupai adegan percontekaan saat ulangan harian. Aku
lirik dia, dia pun melirikku, aku lalu melirik dia lagi, lalu guru kami pun
ikut melirik pada kami berdua seakan minta diajak ikutan adu lirik. Pada menit tak
terlupakan itu kami terdiam, maklum kami saat itu masih bocah, kami pun bingung
hendak mengutarakan apa, lalu diam malu - malu anak gajah.
Sejak
saat itu saya menaruh perasaan padanya, namun kadang tiba – tiba menguap sebal begitu
saja saat ia menarik jilbabku dengan sengaja hingga tak keruan bentuknya (maklum
saat itu saya jilbabers anyaran dan paling sedih kalo kudu
mbetulin lagi karena belom jago) atau main sodok – pake – pencil –
cemong semua di punggungku dari belakang. Ugh, gemas rasanya sampai kepengen
ngrebonding rambut kriwulnya itu demi membalaskan dendam nyi blorong #Eh.
Namun
perlakuan menyebalkannya itu mendadak menguap tatkala ia berjalan disamping
mejaku dan menyempatkan menguyel – uyel kepalaku mesra atau hanya sekedar merampas
binderku lalu mencorat – coret sengaja dengan gravity buatannya dan tak lupa
mencela gravity buatanku sendiri.
Tingkahnya
yang tak tentu itu jelas saja membuatku risau. Kalau istilah jaman sekarang sih
saya dulu itu “digantungin”atau lebih parahnya lagi kena zona “friendzone”.
Karena saya dulu adalah pribadi yang gak sabaran apalagi disuruh menunggu tanpa
kepastian, akhirnya saya menerima pinangan dari kakak kelas untuk jadi pacarnya
dan mencoba melupakan si kriwul ini.
Reaksinya
pertama kali saat mengetahui saya sudah ada yang punya, dia ngambek dan menolak
berbicara denganku selama seminggu. Aku yang kebinggungan akhirnya memilih
tidak mengambil pusing kejadian itu dan menganggapnya “oh, mungkin si kriwul
lagi dapet jadi lagi ga mau dibully”.
Perang dingin itu berlangsung cukup lama dan puncaknya saat dia menulis puisi
di sehelai kertas robekan milik pak rete, kawan sebangkunya dan menempelkannya
di dinding tepat di belakangnya.
Aku
yang penasaran, saat itu iseng membacanya saat ia pergi kekantin dan tengah
mencoba memalak anak kelas lain seperti biasanya, saat pertama kali membacanya
aku beneran ga paham apa maksudnya, maklum tulisan si kriwul ini sedahsyat
rambutnya, alias total berantakan, dan saat saya meminta tolong titin (kawan
karib sebangku-ku) untuk menerjemahkan tulisan alien itu sontak hatiku bak di
iris – iris lalu di tongseng, nyesss sakit nujeb nujeb.
Aku
seketika duduk bengong dikursinya yang kosong sembari titin heboh menepuk
punggungku keras – keras (mungkin dia menyangka kalau punggungku ini layaknya
kasur springbed minta digebuk, alamak! tangan kecilnya sukses membuat sekngkring
– sengkring punggungku ini) ya, puisinya berisi tentang kekecewaannya dan
intinya kalau dia sebenarnya menaruh hatiku padaku. Buyar sudah pertahananku,
ingin rasanya jomblo mendadak dan membuatnya tersenyum girang namun jahil seperti
biasanya lagi.
Apalah
daya oatmeal sudah menjadi bubur, tak lama berselang, dia (si kriwul) ini
jadian dengan teman sekelasku (sebut saja namanya bunga, nama lengkapnya bunga
– bunga ditaman alangkah indahnya syalalalala~ #ehmalahdangdutan) dan setiap
hari pas jam istirahat mereka asyik berdua – duan didepan mataku, kadang karma
itu bekerja dengan cara yang lucu ya! *lalu nangis bombay*
Selepas
derita si kriwil ini, kami pun berpisah, dia masuk kelas IPS dan aku terdampar hilang
arah ke kelas IPA. Karena saya bukan bocah yang gemar hitung- hitungan akhirnya
saya selalu berakhir dengan berangkat pagi – pagi dan asyik menjiplak jawaban
temen kalo ada peer. Disitulah saya bertemu dengan sebut saja namanya mas
gembul. Ia sesosok pria chubby partner bagi – bagi jawaban contekan dikala peer
menumpuk minta disayang.
Berkat
ritual contek – mencontek itulah kami jadi dekat. Dia sesosok pria gaul yang
hobi menggambar, tak ayal aku selalu meminta bantuannya dikala tugas kesenian
mulai berulah. Mas gembul kala itu juga menyukai lagu metal seperti ku dan lagi
gara – gara musik kami pun jadi dekat minta diembat #tsah
Saat
itu pelajaran fisika, bapak gurunya tidak bisa hadir karena ada rapat dengan
kepala sekolah dan membiarkan kami dlosoran di lantai di ruang aula (karena
kelas kami seharusnya mempresentasikan materi siang itu) kulihat ada sebagian
kawanku asyik mengerjakan LKS berjama’ah, ada pula yang asyik menggerombol
asyik berdiskusi (atau lebih tepatnya nggosip terarah sesuai kurikulum kbk) dan
ada juga yang hanya tidur bergeletakan begitu saja menikmati semburan AC bak
pindang berjejer di pasar. Kala itu kulihat mas gembul asyik headsetan di
pojokan. Aku yang saat itu tengah tergeletak bosan itu ahirnya memutuskan
berglinding ke arahnya.
Saat
melihat aksiku dia hanya tersenyum simpul, aku yang dalam posisi tengkurep lalu
ndanggak menatapnya dan mulai berulah
:
“mas
gembul, mas gembul, lagi dengerin apa? Kepo nih” sembari memasang tampang anak
kucing melas lengkap dengan mata menghibanya
“lagi
dengerin musik”
“.
. .”
(5
menit kemudian)
“mas
gembul, mas gembul”
“dalem”
“katanya
aku dikirimin lagunya bullet for my valentine, mana ih ga dikirim - kirim?
Lalu
mendadak ia ikutan ngesor disebelahku dan tak lupa membagi headsetnya untukku
seorang
“nih,
ndengerin dewe. Ga boleh rewel” lalu seperti biasa ia menguyel – uyel kepalaku
lalu memejamkan matanya dan berbaring diam dan momen ngesor – ngesor berdua itu
membuatku jatuh ke perangkap pukat harimau, maklum kelemahan saya memang kalo diuyel – uyel kepalanya kayak anak kucing, bawaanya ngalem minta dipiara aja! Semenjak saat itu akhirnya
aku menetapkan kalo naksir mas gembul beneran. Sepenuh jiwa dan raga, kalo perlu sama kentut - kentutnya juga!
Malang
tak dapat diraih, eh maunya untung malah buntung. Setelah sekian lama berjibaku
mendekati dirinya yang not responding tapi malah bikin tambah greget penasaran
itu, akhirnya aku memberanikan diri nanya ke teman dekatnya. Jawabannya?
Sungguh meremukan jantungku! Ternyata oh ternyata~ doi memendam rasa ke teman
sekelas kami sebut saja namanya mbag yuyu. Kata temanku yang berperan sebagai
informan ini, mas gembul sudah berusaha bertahun – tahun demi mendekati mbag
yuyu namun selalu saja terjebak di zona “teman tapi mesra” alias kena jebakan
betmen siapalagi kalo bukan pemeran utama kita yaitu : “friendzone” (jreng~jreng~jreng~) Pupus sudah
harapanku. Semenjak informasi itu aku jadi tidak terlalu antusias jika naksir
seseorang karena hasilnya selalu saja berakhir minta remidi. Ngenes coy!
"Iyaaaa~"
Ini
baru secuplik dari tumpukan kisah nyata tentang harapan yang melambung tinggi
lalu akhirnya, nyungsep juga. Namanya juga hidup sob, kadang sesuai rencana,
kadang di luar ekspektasi atau malah gagal total sama sekali. Yak inilah
proses, tanpa mereka semua aku takkan bernyali dan menjadi seberani apa adanya
diriku saat ini. terimakasih kalian! barisan mantan gebetan! Hahahaha Tunggu
episode selanjutnya yak! Ciaooooo~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar