Ingatan tentangmu pertama kali begitu absurd. Aku tak
mengenalmu dengan jelas. Yang kutahu kita dulu satu sekolah menenggah pertama
bersama walaupun berbeda kelas. Tak ku sangka saat bertemu denganmu lagi, kini
kau berubah menjadi pemuda tampan yang sedang berusaha meraih cita – citamu
dengan seabrek kegiatan keorganisasian. Lelaki cerdas memang tak hanya menarik
hati namun juga sangat membanggakan. Ah, aku yang hanya sanggup mengaggumimu
dari jauh saja ikut merasakan semangatmu, tak ku bayangkan apa yang terjadi
bila dapat mengenalmu lebih dekat lagi. Kami, perempuan, memang hobi berkhayal.
Ingatanku melompat pada hari pertama dimana ospek fakultas
dilangsungkan. Saat itu prodi-mu dan prodi-ku walau berbeda disatukan dalam satu
kesatuan rangkaian acara. Saat itu kulihat kau berbaris paling depan dibarisan
disisi kiri dari panggung yang berada didepan kantin. Sedangkan aku berada di
barisan yang bersebrangan denganmu, berbaris paling depan (menggantikan ketua
kelompokku yang entah menghilang kemana). Saat itu mata kita tak sengaja
bertemu untuk sepersekian detik di udara, aku yang pelupa ini merasa
mengenalimu tapi lupa dimana kita pernah bertemu dan momen itu berlalu begitu
saja.
Ingatanku melompat mundur jauh kebelakang. Saat itu
pelajaran ditiadakan karena kegiatan classmeeting. Aku yang tergabung dalam tim
volly kelasku, sedang asyik duduk menunggugiliran pertandingan di pinggir
lapangan volly seraya menikmati pertandingan kelas lain yang sedang
berlangsung. Mendadak perutku protes bergemuruh minta diisi. Akhirnya aku
mengajak sobatku untuk sekedar menculik semangkuk bakso di kantin. Setelah dita
(sohib kesayangan dan satu kelas denganku) setuju dengan usulanku, kami pun
akhirnya melangkah ceria dan tak lupa berbincang tentang gebetan barunya. Saat
itu dita sedang naksir seorang kawan dikelas G, sebut saja namanya ringga.
Ringga lelaki kalem dan pendiam dan karena kemisteriusannya itulah dita dibuat klepek – klepek olehnya. Aku yang
menasehati dita untuk segera mengambil inisiatif duluan pun mencoba
mengingatkannya untuk tidak menggunakan identitas samaran saat mencoba mengirim
sms padanya. Ia hanya dapat tersipu malu dan menutup mukanya saat mendengarkan
nasehatku. Aku pun semakin seru menggodanya.
Setelah menghabiskan semangkuk bakso itu dengan cepat, kami
pun melangkah kembali ke arah lapangan volly. Disitu untuk pertama kali aku
bertemu denganmu. Saat itu kamu tengah berbincang dengan para perempuan dari
kelasmu, sepertinya layaknya selebriti yang tengah dikrubuti wartawan, aku pun
menanyakan perihal tentangmu pada dita,
“ Dit, mas – mas yang disitu siapa ya? Aku kok rasanya ga
pernah lihat?”
“oh, itu. Namanya Ali cen, dia anak pindahan dari makassar.
Kalo dari gosip yang arien bilang sih papanya dia kerja di dinas pendidikan
gitu deh, dan pas pindah kesini papanya yang nyumbangin komputer canggih yang
ada di lab itu. Komputer yang biasanya kita buat rebutan ituhlo~ anaknya
lumayan ganteng ya? Tapi masih gantengan ringga sih!“ dita pun tergelak saat
mengakhiri penjelasannya. Saat itu aku hanya mengangguk paham dan mencuri lihat kearahmu
sekali lagi. Untuk ukuran bocah SMP kamu berperawakan cukup tinggi dari teman
sebayamu. Saat itu pipimu ditumbuhi jerawat ala anak abg pada umumnya. Saat
kulihat kau tenggah asyik bercakap – cakap dengan geng cewek dari kelas E itu,
saat itu kau tengah tersenyum lebar menanggapi komentar gadis – gadis itu,
kuakui senyummu sungguh menawan. Lalu kemudian mendadak perhatianku teralihkan
saat kakak kelas kami yang juga idolanya dita sedang melakukan jump squash
dengan indahnya mematikan pertahanan lawan saat pertandingan volly yang tenggah
seru – serunya berlangsung. Aku pun lantas memperhatikan jalannya pertandingan
lagi dan lalu lupa tentangmu.
Ingatan merupakan mesin waktu paling asyik untuk ditelusuri
dalam diam. Tiba – tiba saja ingatanku terdampar di dalam bus patas jurusan
surabaya – malang. Pagi itu mama berkeras mengantarku sampai naik dan dapat
duduk di bus yang cukup lenggang. Setelah melambaikan ke arah jendela, mama
lantas berjalan menjauh dan pulang. Sebetulnya aku tak ingin diantar karena aku
tahu saat mama mengantarku, mama akan membatalkan jadwal senamnya pagi itu demi
mengantarku ke terminal purabaya. Karena kami sama – sama keras kepala,
akhirnya aku mengiyakan saja tawaran mama, dan berujar dalam hati semoga
secepatnya aku takkan merepotkan siapapun termasuk mama.
Saat itu aku melesak di bangku favoritku. Aku selalu memilih
bangku dibarisan sebelah kiri dan dekat dengan jendela agar leluasa
memperhatikan jalanan yang tengah aku lalui, barisan ini sungguh sangat nyaman
hanya saja apabila aku berangkat terlalu siang, matahari akan bersinar terik
melalui jendela disebelahku dan dengan berat hati aku menutupnya dengan gorden.
Saat itu ku perhatikan sekelilingku, bus nampak ramai namun tak penuh sesak
seperti bis ekonomi lainnya. Saat itu BBM belum mengalami kenaikan dan tarif
bis patas hanya sebesar 10ribu rupiah saja. Kali ini aku menaiki bis yang dibodi kiri dan
kanannya tergambar koala dengan background biru. Kulihat seluruh kursi terisi
dengan satu orang dan kebanyakan sepertiku, memilih duduk dekat dengan jendela.
Ada bapak – bapak yang tengah asyik bercakap – cakap dengan koleganya
dikejauhan (suara menggelegar dan terdengar hingga ke bangku belakang tempatku
duduk), ada kakak cantik yang krudungnya ditumpuk macam menara pisa
dibeakangnya, dan tepat didepanku duduk bapak – bapak yang edeang asyik membaca
koran (aku sekilas numpang membaca headline beritanya : masih tentang lapindo
dan kemelut pelik tentangnya).
Kuperhatikan dibangku barisan sebelah kanan diseberangku ada
ibu – ibu dengan seragam coklat muda hendak berangkat bekerja yang sibuk memainkan
telpon genggamnya dan saat mengamati pemuda yang tengah melempar pandang
dijendela didepannya, mendadak aku terkejut. Ya, kau duduk disitu termenung,
dengan kemeja biru dan sedang mendekap tas ranselmu. Ingin rasanya aku mendadak
pindah dari bangkuku dan duduk disebelahmu lalu sekedar menyapamu, ide yang
terbersit tiba – tiba itu menghantuiku sepanjang perjalanan. Jadilah aku
terdampar disudut dan dalam diam memperhatikanmu dikejauhan. Saking asyiknya
memperhatikanmu aku pun ikut bergerak dan mengikuti langkahmu saat kau turun di
halte dekat taspen itu. Saat melangkah dipinggir jalan aku baru menyadari seharusnya
aku turun di penitipan sepeda motor yang masih cukup jauh lagi dari tempat
dimana aku turun saat mengikutimu, aku tertawa dalam hati sungguh geli rasanya
ketika terlalu fokus memperhatikanmu sampai hilang arah. Akhirnya aku
memutuskan untuk naik bemo ke arah penitipan sepeda motor yang terletak
disebrang pintu masuk terminal arjosari itu. Saat bemonya masih asyik ngetem, saat
aku mengikuti langkahmu dari kejauhan kulihat kau asyik menyebrangi jalan dan kemudian
berdiri di pinggir jalan, entah menunggu jemputan atau bemo yang kau cari belum
tiba, aku tak tahu karena mendadak bemo yang aku tumpangi bergerak dan
meninggalkan siluetmu dikejauhan hingga tak terlihat lagi.
Ingatanku pun kembali meloncat dimana para gerombolan
gadisku sedang asyik ngrumpi dan menunjuk sebuah mobil berwarna perak mungil
yang terpakir rapi di dekat bangunan dan itu milikmu, icha lantas dengan heboh
bercerita bahwa kamu, saat itu sedang menjalin hubungan dengan sahabatnya, saat
icha menyebutkan namanya yang terlintas dibenakku gambaran gadis cantik
berpotongan rambut pendek dan tak jarang ikut nongkrong dengan gerombolanku
namun lebih sering sibuk memonopoli pembicaraan dengan icha saja. Selebihnya
aku tak tahu. Menurut cerita icha ia menanyakan dimana bisa menyewa kosan yang
cukup bebas untuk ditinggali berdua, ah aku tak sanggup membayangkan apa yang
akan kau lakukan selajutnya dengannya. Jujur saja sebagai penggemar
sekelibatmu, aku berpendapat tidak setuju kala itu, yang ku tahu kau sesosok
pemuda baik – baik, polos dan apa adanya sedangkan sahabat icha yang kutahu
sendiri dari cerita icha, adalah gadis yang gemar dugem. Ironis saja rasanya,
mengapa pemuda sebaik dirimu bisa bersanding dengan gadis seperti itu. Tapi apa
boleh buat, toh kadang cinta memang buta. Mungkin saja saat itu kau hanya
sedang tersesat, semoga saja kau baik – baik saja. Tak lama setelah obrolan itu
berselang. Di momen yang berbeda, berbulan – bulan kemudian icha bercerita
bahwa kau akhirnya ditinggalkan olehnya demi lelaki lain, betapa hancurnya
hatiku saat mendengar cerita icha kala itu. Tentu saja para gadisku juga
menyayangkan kejadian itu. Semoga saja perjalanan ini menguatkanmu dan tak
membuatmu jera kawan.
Memori membawaku kebeberapa hari yang lalu, dimana mendadak
saja aku menyapamu lewat pesan singkat media sosial sembari menyapamu dalam
bahasa inggris begitu saja. Tak lama berselang kau balas pesanku dengan
ramahnya dan memberitahuku walaupun kita tak saling mengenal namun senang
memiliki kawan jauh sepertiku. Ah bahkan hanya lewat ketikan pesan singkat
didunia maya ini kau bisa begitu hangat. Karena bingung hendak membalas apa,
kuhabiskan tak kurang selama dua hari setelahnya memikirkan jawaban apa yang
bisa memicu rasa penasaranmu, akhirnya kuputuskan menawarkan diri untuk
mendengarkan keluh kesahmu dan kisah – kisah menarikmu langsung darimu, hahaha
harapan bodoh yang disampaikan sederhana secara eksplisit seperti biasa, sangat
“aku” sekali. Kau membalas dengan ucapan terimakasih singkat disela
kesibukanmu. Tak apa kawan. Paling tidak kau menyempatkan seperkian menit untuk
sekedar membalas bualan tak berguna dariku dan aku cukup bahagia membacanya.
Aku sadari kita berada di level yang berbeda. Apabila
diandaikan dengan level di game – game itu kau sudah mencapai level ekspert dan
memukau siapa saja yang ada di lingkaranmu dan aku hanya seorang gadis cupu
yang berada di level pemula dan hanya mampu menulis secuplik cerita ini yang
mungkin tak akan pernah sampai terbaca olehmu. Biarlah, toh aku tak bosan –
bosannya menyelipkan namamu didoaku dari kejauhan, semoga idola sekelibatku ini
baik – baik saja dan segera meraih mimpinya untuk bersekolah di Jerman. Sungguh
iri rasanya namun lebih banyak aku merasa bersyukur mimpimu sungguh sangat menyenangkan
dan secara tak langsung memantik mimpiku untuk bisa menyamaimu di level yang
cukup tinggi itu namun dengan jalan yang berbeda. Semoga karir akademisimu baik
– baik saja kawan. Terimakasih pernah hadir dan menginspirasi dari kejauhan.
Semoga aku pun segera mampu menulis cerita yang lebih menarik dari deskripsi
panjang lebar ini sehingga mampir di tumpukan koleksi bukumu tanpa sengaja, Toh
gusti Allah adalah sesempurnanya produser dan kita hanyalah pemeran pembantu
dalam luasnya jagat raya ini.
Dari penggemar sekelibatmu, salam hangat di kejauhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar