Hari ini ulang tahunmu,paa. Jika saja kau masih disini kita
akan melalui hari minggu ini dengan ceria. Mungkin tanpa kue yang kau tak
begitu suka namun dengan segunung tawa membahana. Ya, hari ini genap 49 tahun
usia paa. Andai saja tuhan tidak cepat – cepat memanggilmu pulang, mungkin hari
ini kita akan bersuka ria, dengan mama yang tak berhenti memasak dibantu oleh
dhek fifi yang juga sibuk menyiapkan ini dan itu, dengan kakak yang asyik
menggoda dhek gio, cucumu yang ganteng, papa tentu akan asyik menyiapkan arang
dan bara api untuk membakar bebek kesukaanmu dibantu dengan mas dicky, dan aku
akan tergelak dengan pipi tercoret jelaga, mondar – mandir membawa ini itu
untuk mempersiapkan acara bakar – bakar sekeluarga.
Namun sayangnya itu semua hanya rajutan imajinasiku belaka.
Hari ini berjalan begitu sepi. Mama yang letih sepulang dari menenggok dhek
krishna di pondok. Kakak yang asyik dengan keluarga mungilnya sibuk mendatangi
acara resepsi pernikahan kawannya, dhek kupik asyik dengan laptop dan tumpukan
serial koreanya dan aku terdampar disini, berusaha membersihkan semuanya,
membuat sibuk raga yang dalam hati ingin menangis kencang. Menyibukan diri
dengan bersih – bersih adalah kegemaraanku saat ini paa kala hati tak mampu
lagi bersuara dan hanya tangan bergerak sibuk mecoba melupakan semuanya.
Bahkan bunga 7 rupa itu hanya tergolek lemah didalam kulkas,
sore ini hujan mengguyur dan untuk menyapamu dimakam saja kita tak mampu paa.
Seakan – akan awan ikut menangis kala air mataku tak jua mau menitik dan hatiku
berdusta tak mau berkata.
Kesedihan ini mungkin akan cepat berlalu, tapi tahukah kau
paa ini akan selamanya membekas disini, didalamhati, dan takkan terganti.
Aku masih saja menunggu lelaki yang bersedia menjagaku
seperti saat dulu papa menjagaku. Dalam diam, kau rayu diriku yang mogok minum
obat kala tarikan nafas jadi begitu menghimpit. Dengan sabar kau coba hibur
diriku dengan menanyakan hariku dalam kondisimu yang semakin melemah namun tak
membuatmu lupa untuk sekedar berbagi denganku. Dilain waktu kau petik gitarmu
menyanyikan lagu dengan gitar tua kesayanganmu, menerbitkan senyum simpul. Tak
lupa kau awali hari dengan ceria dengan lantunan lagu terputar kencang didalam
rumah, mencoba membangkitkan semangat dalam rutinitas yang stagnan. Kamu yang
selalu memperhatikan hal kecil bahkan memuji karya sederhana buatanku sendiri.
Kamu yang selalu ada untukku, saat ini belum ada yang bersedia mengantikan
tugasmu paa. Ya, aku masih berjuang sendiri menghadapi dunia yang tak secerah
dulu saat kau masih menjaga langkah dikejauhan.
Semoga papa baik – baik saja disana dan sabar menungguku
pulang. Miss you paa~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar