Sudah
beberapa minggu ini kita tak bersua. Aku masih sebal denganmu. Betapa tidak
chatku yang bertumpuk bak gunung semeru itu tidak ada satu pun yang kamu balas,
meninggalkan seonggok “R” yang menghina, dibaca namun tak berbalas.
Tak
lama kemudian kamu mengomentari dua status di jejaring sosial seperti tak
terjadi apa – apa. Dengan sengaja aku tak menggubrisnya dan memilih berkoar
sesukaku dan tetap tidak mengindahkanmu. Sengaja dicuekin rasanya tidak enak
bukan? Sesekali kamu perlu merasakan ga enaknya jadi aku. Aku yang selalu ada
untukmu.
Kita
berkawan sekian lama dan aku masih jua tak memahamimu. Entah aku yang terlalu
tolol atau memang kamu tak pernah menunjukan jati dirimu yang sebenarnya ku tak
tahu. Kamu masih saja semenyebalkan seperti biasanya, dan aku masih saja dengan
bodohnya rindu debat kusirmu yang tak berujung itu.
Dulu
aku memang mencampur adukkan kedekatan ini dengan kata cinta. Setelah
mengenalmu aku semakin tersesat hilang arah. Buatku cinta sekarang hanyalah
kejadian langka dan presentase harapan hidupnya cuma sekian persen. Entahlah.
Aku tak lagi menaruh harap lagi padanya. Biarkan saja ia bekerja dengan jalan
anehnya.
Kamu
sudah layaknya sahabat penaku. Padamulah ku curahkan semua yang tidak bisa aku
ucapkan dengan gamblang pada kawan sebayaku. Kamu pendengar setia yang juga
selalu ku nantikan kelanjutan ceritanya. Hanya saja kamu terlalu gengsi dan
ingin menyimpannya sendiri. Lantas sebenarnya aku ini apa dihidupmu? Sekedar
penampakan yang mampir lewat sekelibat atau hanya halte mangkrak yang tidak
menarik dan cukup ada begitu saja? Kamu dan sejuta teka teki sesatmu.
Mengharapkan
cintamu itu seperti menanti kucing kayang ditengah pasar, mustahil. Sudah sejak
lama kusadari itu, aku takkan pernah sanggup memenuhi ekspektasi ganjilmu dan
semua harap palsu kesempurnaan yang kamu mau pada wanitamu.
Seandainya
saja kau sadari ketika kamu tengah sibuk mencari sesorang yang sempurna kamu
akan melewatkan seseorang yang tidak sempurna namun membuat kebahagianmu
lengkap dan sempurna, kawan. Dan tentu saja itu bukan aku. Aku sudah tahu.
Maafkan
aku yang sudah membuat semuanya runyam seperti ini. kau tentu sudah tau aku
memang seruwet ini.
Sesebal
apapun diriku, aku akan selalu disini, menjadi telinga saat kau butuh didengar,
menjadi kaki dan tangan saat kau butuh teman dan menjadi mata yang selalu ada
saat kau ingin diawasi. Dimanapun kamu berada, kuharap kau selalu baik – baik
saja!
Ya,
kangen kamu gak pernah sekampret ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar