Semua hal yang terkait tentangmu adalah ketidakpastian.
Sudah sejak lama aku belajar untuk bersabar dan semua itu berkatmu. Ya, tak
jemu kuuntai kata demi kata hanya berputar kamu, kamu lagi dan lagi lagi
tentangmu. Logika ku sudah lama tumpul jika ini tentangmu. Entahlah, seakan
kamu kepulan asap ganja dihidup muramku ini. begitu memabukkan, begitu
menghanyutkan namun semua itu fana. Aku tahu itu dan lagi – lagi kubiarkan
diriku terseret di pelupuk matamu yang sendu. Tenggelam begitu saja.
Kamu selalu datang mendadak, menawarkan luka yang ku sambut
dengan gempita lalu mendadak hilang dan melemahkanku. Berulang terus dan terus
berulang hingga tak lagi kurasa getir dan tak kukenali lagi perih yang tertoreh
dalam – dalam. Kau kaburkan semua asa yang kuberikan begitu saja. kamu selalu
menjadi rasa sakit favoritku. Aku tak
perlu lagi sayatan belati dilenganku, cukup memikirkan kamu dan sakitmu, itu
saja sudah cukup membuatku merasa hidup didalam ketidakberdayaan ini. Sesekali
sakit hanyalah penanda kau masih bernyawa.
Sejuta alasan terpampang nyata dimataku, berbisik membujuk
untuk meninggalkanmu, tapi hatiku yang terlampau rusak ini seakan terpasung
dalam belenggu namamu. Lagi – lagi kamu dan sejuta bias alasan indahmu. Kamu
beranjak pergi begitu saja dan aku yang bosan tetap saja menunggu dengan
bodohnya dalam sabar. Berharap Mars tak begitu jauh dan angkuh untuk pulang.
Setitik harapan yang membunuhmu perlahan.
Aku menjadi terbiasa dalam pekatnya sunyi. Tak lagi sibuk
mempermasalahkan sendiri dan asyik bercengkrama dengan sepi seakaan hatiku tak
lagi ada disini. Ia sibuk membuntutimu berharap kau baik baik saja dan tak tergeletak
mati. Sembari berharap untaian nafas beratmu kelak mendekatkan langkah kepadaku
yang tengah menunggu malaikat ajal yang menanti.
Rangkaian kalimat memabukkan milikmu yang tak ku ketahui
kepada siapa ia berpunya selalu menyesatkanku. Memberatkan kakiku yang hendak
melangkah jengah. Selalu saja menyusahkanku. Aku yang asyik membodohi diriku
sendiri. Tentang kamu dan rakitan cerita yang kukarang sendiri guna membunuh hari.
Ini adalah realita nyata, bukan alkisah yang akan berakhir
bahagia selamanya. Sejak lama kusadari apapun mengenai kita berdua hanyalah
sekelibat muram dan rindu yang sendu.
Sudah sejak awal ketetapan kisah ini takkan pernah berakhir.
Mungkin aku akan menemuimu di akhir jaman atau kutemui diriku dalam sedu sedan
dipemakaman.
Aku akan selalu membodohi diriku dengan ingatan tentang
senyummu.
Obsesiku adalah kamu. Entah selesai atau tidak aku tak peduli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar