Kami suka berasumsi sesuka hati. Tak peduli di luar nalar
atau hanya sekedar ke-geer-an. Kami sungguh tak peduli. Sayangnya, seringkali
kami mendahulukan asumsi tanpa klarifikasi sebagai tameng pembenaran. Kami hanya merakit asumsi yang bertaburan bak
buih di dalam pikiran.
Kami adalah mahluk dengan intuisi yang tinggi. Lebih
menggandalkan perasaan, tak mengindahkan logika dan penalaran. Semuanya kami
sangkutkan dengan perasaan karena kami memang mahluk yang lebih perasa dari
sanaNYA. Tapi bukankah hidup memang
harus dijalani dan dirasakan? Bukan hanya sekedar dipikirkan saja?
Kami adalah pencinta drama sejati. Bahkan kami yang bersifat
kelelakian pun akan menikmati drama baik dikehidupan nyata ataupun hanya
cerita. Kami menghayatinya dan tak jarang menangisinya sembari berharap hidup
kami semanis drama romantis walau terkadang nyatanya sangat picis dan bengis.
Namun terkadang kami lupa, kami hanya menunggu dan menanti, takut menjemput dan
merajut. Bukankah tak ada yang lebih indah dari drama kehidupan “nyata” milik
kita berdua?
Kami pesolek ulung yang plin – plan. Kami memoles ini itu
serupawan mungkin semenggoda mungkin tapi marah jika ada orang lain yang menikmatinya
dan menggodanya. Memajang dan menebar foto cantik tapi mengamuk kalo dilabeli
genit. Kami memang seabsurd itu.
Kami adalah perajuk ulung nomer satu. Ada yang sembunyi
sembunyi berharap dalam hati, ada yang asyik menebar kata eksplisit membuat
binggung kalian yang tak paham sandi dan kode kami, dan ada juga yang marah
namun didalam hati sebenarnya ingin. Intinya kami ingin di pahami. Jika tak
paham tanyakan saja, tapi jangan heran bila hanya kalimat “aku gak papa” yang hanya kaudapatkan dikala sebal, atau
“Have fun ya” tapi mengamuk bila pamit futsal dan merasa ditinggal. Kami terkadang
memang sekekanak – kanakan itu.
Kami terlahir sebagai detektif ulung yang mahir beraksi kala
cemburu, pandai mengumpulkan bukti dan alibi jika sakit hati, namun akan
mencari hingga ke seluruh dunia semua perihal tentangmu bila jatuh cinta. Kepo
adalah naluri alamiah kami. Nikmatilah~
Kami terlahir dalam dua golongan, yang mempercayai takdir
sepenuh hati dan yang mengatakan tak mempercayainya namun tetap menyakininya
dalam hati. Tidak ada yang namanya kebetulan, yang ada hanya inisiatif dan
kemauan.
Kami tergila – gila pada apapun yang bisa dibeli dan
dipamerkan. Sudah menjadi cacat bawaan kami selalu ingin berkompetisi dan
saling melebihi satu sama lain jika berkumpul sesama kami. Ada yang mati –
matian membeli ini – itu hanya untuk dipamerkan, ada yang dengan mudah membeli
sesuatu yang aslinya tidak dibutuhkan dan ada juga yang hanya duduk santai dan
mengamati mereka beraksi dan saling memamerkan tanpa memiliki hasrat ikut
campur dan tergelak santai mentertawakan.
Kami seringkali mulai jatuh hati dengan pada apa yang kami
dengar. Tak ayal kalian pandai membual untuk memenangkan kami. Tak jarang pula kalian
sampaikan kalimat tak relevan hanya sekedar menyenangkan hati dan membuat kami
tenang. Tidak, aku ingin kalian sampaikan apa yang kalian ingin sampaikan,
hayati apa yang kalian alami. Bukankah sudah kukatan kami adalah mahluk perasa
yang mampu membedakan mana yang tulus atau mana yang berakal bulus?
Kami penghayal tingkat tinggi. Berikan saja satu sentuhan
manis atau sejumput perhatian tanpa sengaja kami akan mulai merendanya tinggi dan
indah didalam benak. Kami tak takut kecewa. Jika tak sesuai harap dan hayal itu
menguap maka kami akan merendanya lagi dari awal, dengan sosok yang berbeda
dengan cerita baru yang berbeda pula. Ada yang hanya duduk, diam berkhayal dan
menikmati atau ada yang berkhayal dan mencoba menjadikannya nyata dengan usaha.
Kami mahluk rapuh yang sok tegar. Sekuat apapun kami menahan
perih, getir dan mengelabuimu dengan senyum “aku baik baik saja”-nya, kami
semua sama saja, hati kami rapuh dan perlu kau rengkuh. Sekuat apapun kaki kami
menjejak, kami tetap butuh kamu untuk menguatkan pijak. Kami mungkin lemah,
tapi bukan untuk kau lemahkan. Kami mungkin layu dan sendu, tetap butuh kamu
untuk merindu.
Kami mungkin galak suka menyalak, semaunya tapi selalu ceria,
ingin menang sendiri tapi mampu mandiri, egosentris yang romantis, hobi
menangis tapi suka meringis, mendayu – dayu nan sedikit kemayu, posesif yang
impulsif, childish kadang sadis, suka memonopoli tapi tak mau dipoligami, suka
tertawa yang tukang dandannya lama, kami memang serumit itu tapi inilah kami,
kami mahluk ajaib!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar