Everything that can seeing by the naked eyes
will fall apart.
Friendship too.
For anyone who misguided by their own blinded
side that refuse to listening what the heart says,
deep down there.
Im still caring but stop stabing each other
with my silences.
Its my consecuences to having you, my
friend.
Saya sering kali
dikecewakan dan selalu diam tidak menolak. Saya tahu saya tidak lemah, saya
hanya terlalu lelah bergulat argumen pedas yang hanya menambah kepedihan di tumpukan
hari. Kalau mereka melihat saya dari
kacamata yang berembun dusta, biarlah.
Saya bukan seorang
kawan yang baik, saya hanya mampu mendengar dan terkadang mengomentari seraya
mengingatkan apa yang mereka tidak ingin dengar dari mulut lugas tanpa tendeng
aling aling aling ini. Buat apa saya membuai kamu dengan lantunan pujian
jikalau akhirnya itu membuatmu lemah dan termakan harapan palsu kehidupan ini?
Mungkin kata kata
yang tidak sesuai harapan ini membuatmu dengki dan membenciku. Tak apa. Toh, aku
tak selamanya hidup untuk menyenangkan hatimu semata. Silahkan hina dan caci
saya jika itu dapat menyenangkan hatimu yang letih. Sudah terbiasa ku di sayat perih.
Seringkali mereka hanya
menafsirkan apa yang kasat mata dan melupakan nurani yang mengalun sunyi. Sungguh
aku menyayangi kalian seperti akan kulepaskan nafas demi kamu jika itu yang
diperlukan. Tapi mereka tidak melihat dunia dari sisi apa yang ku lihat saat
ini. Dan lagi, aku hanya menuai sepi di pojok temaram.
Mereka melupakan
tawa bersama yang kita rajut dulu semudah membakar kertas di udara kosong. Mereka
menghapus pedih yang kutuai demi senyum di raut itu semudah melempar pasir di
lautan.
Mereka memilih untuk
tidak mengingatnya demi hati yang dibutakan emosi.
Dan hanya kepada
NYA aku tersenyum dan meniti harap dalam derap, semoga suatu saat nanti kau tak
lagi dibutakan apa yang teguh kamu benci.
Mungkin ini karma.
Mungkin jua ini
ujian.
Mungkin saja ini
satu dari miliaran kemungkinan.
Hidup saya terlalu
singkat tuk dihabiskan membalas ketidaksukaan yang relatif tersebut.
Terima kasih untuk
bilur yang membekas ini
Sore
itu, kala senja tak lagi memeluk manja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar