Senyum matahariku,
Hujan badai sore ini
sederas rinduku padamu. Sekeras kilat yang menyambar. Lalu lalang dan
menghilang. pohon kan tertiup, daun bergemrisik sayup sayup menghantar ku
terhanyut dalam derasnya buaian hujan yang entah kemana akhirnya kan memeluk sauh.
Hanya angin galak yang menamparku, mengembalikan angan yang gontai terseret
realita.
Aku tercabik di
ketidakhadiran senyummu yang untuk entah berjuta detik ku untai satu demi satu.
Aku tak butuh kata cinta. Karena semua itu semu. Dapat musnah, dapat meredup.
Karena sejatinya cinta hanya milik Sang Khalik, Sang Maha yang menitipkan
takdir untuk ku tenun satu demi satu. Ku harap namamu terselip di lembaran buku
yang belum ku baca, yang entah masa depan kan mempertemukan kembali ku pada penyimpul
satu senyum. Senyum secerah matahari
yang merebak di hatiku tanpa permisi. Punyamu.
Harap yang
membuncah tak tahu arah sesaat ku cari di sekeliling arah, sosokmu, bayangmu, senyummu
seketika menebar pilu merajam saat tak ku dapati apa yang memeluk harap menguap
jadi asap. gundah tertawa terbahak bahak mencemooh ku yang memendam asa. Aku
cuma ingin mencuri siluet di tengah ramai dan menukarnya dengan perasaan ringan
di dada yang sekian lama ini menumpuk asa, sedikit demi sedikit. Sepotong demi
seiris.
Semoga pemilik
senyumku baik baik saja di tepian senja. Siapapun kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar