Sudah lama kucuri
senyum itu. Ku petik dan ku peluk dalam diam. Kagum ialah awal kita bersua. Dimana
ku pandangi sebentuk punggung di kejauhan. Menahan kedip saat kau bertutur.
Menanyakan ini itu yang menajamkanmu, memahamkanmu dan semakin berhasrat untuk
mengenalmu. Mengupas detail tentang hidupmu. Dan diam pun menekuk langkahku.
Aku hanya termanggu, berdialog seru dengan hatiku dan beradu argument pedas
dengan akalku.
Aku tak takut gayung
tak tersambut manis. Aku tak takut mereka mencibir sadis. Karena yang ku tahu,
kamu mengeser lintasan tata surya di duniaku, seakan meminta peluk manja
mengelayutiku yang tak berpendirian ini. Maafkan aku, kasih atas
keterlambatanku tertampar realita, andai saja ku beradu lintas denganmu lebih
awal. Aku hanya tak ingin menyesalinya. Aku hanya ingin beradu lintas lagi
melempar manis bertukar senyum itu. Lagi.
Cinta tidak buta
sayang. Hanya saja ia gelap menenggelamkan. Aku tak punya arah tuk lari ke pelukmu. Aku tak punya panduan untuk
mencicip bibir tebal mencibirmu itu. Aku tak punya alasan untuk berada 1 meter
dari area pandangmu. Aku hanya tak punya alibi untuk menculikmu masuk ke
duniaku.
Aku tak bisa bohong.
Tapi aku juga tak bisa ingkar. Andai ikatan ini tak pernah membelengguku, andai
aku mati kesepian hingga ku reguk manisnya senyummu itu. Andai, kamu bedebah!
Realita tidak akan
membiarkan kisah kita semanis laju cerita cinta bohongan di kotak berpendar itu. Mereka mencabik menerkam bulat bulat menyakiti dan menghardik kasar kita
yang di buai lantunan lamun. Aku ingin lari. Mendekapmu begitu saja. Menciummu
dan memecah tangis harumu begitu saja. Karena hidup begitu kelabu. Semoga aku
tersesat masuk ke duniamu yang tak biasa itu, matahariku. semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar