kita bertemu tanpa sengaja. tanpa suratan takdir. tanpa campur tangan manusia. kadang terasa begitu janggal,janggal yang memukau menyilaukan mata batin kita. tak kah kau rasakan itu? Terlalu lama berdiam diri membutakan mata hatimu. kau menutup semua jalan menuju engkau yang terdalam. engkau yang terkasih. Garis tipis itu tak kasat mata,tapi tetap mempertahankan untuk menyatu,dalam lelap bawah sadar. degup jantungmu,irama nafasmu,derit hatimu begitu memekakan mataku yang pudar. gerak gemulaimu,tapak kakimu,jeritan hatimu,indahkanlah sesekali. terlalu pilu tuk di dengar. sadarlah dari ketiadaanmu,saiangku. Sebelum nyawaku terengut dari peluk hangat nan manismu. dentuman itu kian menghentak merebak. raihlah tanganku erat,larilah derap – derap. aku tak mau terlambat. aku tak mau lagi menangguhkan pedih di pundak tiada bertulang ini. aku rapuh dan semurni bongkah yang kau hirup. aku tak berani meraihmu. aku takut membuatmu hancur berkeping keping seperti label yang tertera di dadamu. dan aku terperangkap dalam kepalaku. dalam asaku. dalam memoarmu. amatan dari kejauhan hanya akan membuat kita terbelit terhujam terhunus terjungkal terperam. air matamu terlalu berharga tuk mahluk sepertiku. Reguklah aku. Atau akan kehilangan lagi. Tutuplah kata katamu. Itu tiada berguna. itu hanya sela. heiy sadarlah dari malam malam temarammu. dekaplah aku. hatiku diriku milikmu sepenuhnya. Atau kau menyia nyiakannya dalam penuh sesaknya dunia fana ini. membiarkan aku mati lemas di atas petimu. peti murammu.
- Dearest - 23”29 - 8710
Tidak ada komentar:
Posting Komentar