Aku
sudah lupa rasanya menjadi dambaan seseorang.
Yang tak lupa waktu menanyakan kabarku atau sekedar pesan singkat
mengingatkanku akan jadwal makanku yang tak tentu. Aku sudah lupa semua itu.
Tapi ini bukan sepi. Aku hanya menikmati seperkian detik demi detiknya dalam kesendirian
ini mencoba mengutak atik apa yang sebenarnya hatiku hendak tuju di masa depan,
secercah harapan yang ku genggam erat. Entah apa jadinya jika aku kehilangan
itu.
Aku
tak takut sendiri. Aku biarkan kakiku melangkah di pusat keramaian, menantang
nyaliku untuk pergi jauh sendirian, dan menikmati semangkuk hangat mi ayam
kesukaanku ditengah padatnya pengunjung yang berbondong – bondong, berpasang –
pasang. Aku tak gentar walaupun ku akui hatiku lelah.
Tapi
ini lebih baik, jauh lebih baik daripada terjebak di hubungan yang runyam, jauh
lebih baik daripada dihasut kata “mungkinkah”. Yang jelas ini lebih nyata dan
waktu takkan berdusta.
Terkadang
masa lalu menghantuiku. Betapa egoisnya pribadiku dulu, betapa jahat dan
naifnya aku dimasa itu. Toh, tanpa belati itu menghujam berkali – kali mungkin
aku akan menjadi gadis konyol seperti kebanyakan di luar sana. Biarkan saja
mereka menghiasi sejarah kelam hari terdahulu, karena akan ku songsong sepercik
harap di masa datang.
Sementara
ini biarkan saja aku bermesraan dengan diriku sendiri. Mencoba menguak apa yang
hendak di dapat, mencoba meraih buih mimpi di tepian hari. Sekelumit tentang
diriku dan semua detailnya yang ajaib.
Aku
tak merajuk, aku hanya sedikit takjub. Betapa diriku dulu begitu memandang
kesendirian ini begitu menakutkan, betapa membayangkan saja aku tak tahan. Tapi
disinilah aku sekarang ini. mencoba menjejak langkah, menyusuri langkah
menghabiskan jatah kalah. Lalu akan ku songsong bahagia di depan sana.
Aku
takkan pernah sendiri. Setiap nafas yang ku helai ada kasih-NYA menuntunku
pulang. Aku mungkin tersesat tapi aku tak sedikitpun ingin menyerah.
Biar
saja lautan mencabik, atau runtuhan gunung menghardik, takkanku biarkan ku
menangisi apa yang sudah terjadi, yang sudah biarlah sudah. Kenangan pahit akan
mudah dilupakan, sakitnya pun suatu saat akan menguap lupa entah dimana. Terima
kasih sudah pernah mampir dan menjadikan “Aku” yang saat ini. semoga kau
bahagia dan menghilanglah.
Biar
terhalang kabut masih ada setapak jalan didepanku, masih banyak petualang menunggu dan rajutan kisah yang tak pernah
usai. Ku sunging senyum manis di wajah buruk rupaku, biar saja mereka meracau
berbusa – busa. Mereka bukan aku. Hanya aku yang tahu dirku.
Selamat
malam, potongan puzzle yang masih saling menunggu untuk diketemukan. Aku masih
setia di sini kok :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar